Kakiceran Ajang Mencari Jodoh Dan Melestarikan Tradisi Masyarakat Pugung Krui Lampung
Cindri yanto - Kakiceran merupakan tradisi yang masih di pertahankan hingga saat ini. Tradisi ini Tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat pugung krui saja akan tetapi tradisi kakiceran telah menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Pesisir Barat dalam rangka memeriahkan ajang silaturahmi Idul Fitri di bulan syawal untuk mempererat tali persaudaraan
Tradisi atau budaya kakiceran hanya di selenggarakan oleh dua kecamatan yang ada di kabupaten pesisir barat, Provinsi Lampung yakni Kecamatan Lemong dan Kecamatan Pesisir Utara, secara adat tradisi kakiceran di selenggarakan oleh tiga marga yang dikenal juga dengan sebutan Pugung Krui yaitu Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Penengahan, dan Marga Pugung Malaya
Acara kakiceran sebagai ajang silaturahmi saat idul fitri. Kakiceran diselenggarakan mulai dari satu syawal sampai tujuh syawal acara berlangsung dari pukul 20:00 hingga selesai, setiap malamnya acara kakiceran berlangsung di tiga tempat dari tiga marga. Dari tiga marga tersebut setiap Desa (Pekon) menjadi tuan rumah
Contoh marga pugung tampak terdiri dari sembilan pekon tuha dan tiga hasil pemekaran, marga pugung panengahan meliputi empat pekon dan marga pugung malaya yang memiliki delapan pekon (Desa) terdiri dari pekon Malaya itu sendiri, Cahaya Negeri, Lemong, Way Utong, Pardahaga, Tanjung Way Batang, Tanjung Sakti Dan Tanjung Jati
Acara kakiceran dilaksanakan dalam bentuk perlombaan menampilkan pentas tari. yang terdiri dari berbagai jenis tarian khas lampung yang dikemas secara unik serta di iringi dengan alat musik Rabana dan nyanyian lampung. Biasanya penari kakiceran di peragakan oleh anak-anak perempuan dan anak laki-laki berusia Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Berdasarkam urutan nomor undian setiap grup akan menampilkan dua putaran dalam setiap malamnya selama acara kakiceran berlangsung, pelatih/guru tari dari setiap pekon akan diminta untuk mengambil undian untuk menentukan tarian apa yang ingin di pentaskan pada putaran pertama apakah menampilkan tarian adat dan untuk putaran kedua menampilkan tarian cipta
Berikut jenis dan kategori tarian yang di tampilkan, untuk mewakili masing-masing pekon
1. Kategori Tari Adat
Pada kategori ini biasanya peserta akan menampilkan tarian Nyambai, sesuai dengan tarian adat lampung. yang di pentaskan oleh 2 hingga 4 orang penari dengan di iringi alat musik rabana yang di mainkan oleh guru tari
Setiap penari mengenakan pakaian adat seperti biasanya dalam adat lampung sebatin yang meliputi siger, sanggul (gunjung), kipas, sinjang tapis dan di lengkapi pernak pernik khas lampung lainnya
2. Kategori Tari Cipta
Dari nama nya saja sudah berbeda ya tari cipta, tari yang akan di peragakan pada putaran pertama atau kedua ini merupakan tarian yang diciptakan sendiri oleh guru tari, biasanya tari yang di sajikan menceritakan tentang kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat lampung. Yang di tuangkan dalam bentuk tarian dan di iringi musik serta nyanyian sesuai dengan judul tarian yang di sajikan
Untuk pakaiannya sendiri bebas sesai dengan peran dari masing-masing peserta penari, jika penari berperan sebagai petani maka penari akan mengenakan pakaian petani, jika ada yang berperan sebagai wisatawan yang ingin berselancar maka iya akan membawa peralatan papan selancar/surfing
Lokasi acara kakiceran di adakan di ruang terbuka di tengan-tengan pekon (Desa). Setelah semua pekon yang di undang telah menampilhan tarian maka tim juri akan mengumumkan pemenangnya, hadiah yang di dapatkan berupa alat tulis, bingkisan, uang, tropi, hingga kambing dan sapi
Untuk biaya penyelenggara mulai dari hadiah dan konsumsi dalam acara kakiceran didapat dari biaya swadaya masyarakat dari masing-masing pekon (desa)
Acara kakiceran di adakan dengan sangat meriah setiap tahunnya banyak sanak saudara dari perantauan pulang kampung karena rindu dengan suasana kakiceran
Meskipun dalam satu malam di adakan di tiga pekon di setiap marga, penonton di masing-masing pekon selalu ramai, banyak pemuda pemudi yang memanfaatkan acara kakiceran sebagai ajang mencari jodoh/perkenalan